0
CERITAKU DI TRENGGALEK
Posted by Febrilina Pramudiyanti
on
01.28
in
trenggalek
Trenggalek,
kota kelahiranku atau lebih sering disebut kutha
(jawa), bukan pantai Kutha Bali. Di sinilah kutempuh pendidikan SD, SMP, SMA
dan sekarang sedang menempuh pendidikan di UM (Universitas Malang). Banyak
kenangan yang tak akan pernah kulupakan di Trenggalek. Banyak perubahan yang
terjadi di kotaku, dari perubahan infrastruktur kota sampai perubahan rumahku
sendiri. Hhehehe :D
Dulu
waktu aku TK uang sakuku 300 rupiah sampai 500 rupiah. Seiring dengan
berjalannya waktu, SD uang sakuku meningkat 500 rupiah, paling banyak 1000
rupiah. Uang segitu bisa beli makan nasi
bungkus dengan mie goreng. Kalau istirahat kedua, aku dan teman-teman biasa beli sompel, isinya lontong ditambah sayur tewel (nangka muda), sayurnya bisa diganti sesuai selera. Sampai sekarang sompel tetep ada yang jualan. Itu waktu SD, beda lagi waktu SMP, semakin besar semakin bertambah uang sakuku menjadi 1500-2000. Ya, lumayan lah untuk tahun 2005-an, tapi gak tau kalau di kota, sebut saja Jakarta seberapa. SMA tambah gedhe, tambah banyak pula yang kubutuhkan. Otomatis uang sakuku bertambah menjadi 3000. Alhamdulillah, cukup dan bisa nabung, walaupun saat itu sering bawa bekal ke sekolah. Tidak hanya uang jajan, kendaraanku pun juga ikut berevolusi. Selama TK-SD jalan kaki, baru SD kelas 5 sampai SMP naik sepedah, SMA naik motor. Pengennya kuliah naik mobil (angkotan paling). Hhehehe, bercanda.
bungkus dengan mie goreng. Kalau istirahat kedua, aku dan teman-teman biasa beli sompel, isinya lontong ditambah sayur tewel (nangka muda), sayurnya bisa diganti sesuai selera. Sampai sekarang sompel tetep ada yang jualan. Itu waktu SD, beda lagi waktu SMP, semakin besar semakin bertambah uang sakuku menjadi 1500-2000. Ya, lumayan lah untuk tahun 2005-an, tapi gak tau kalau di kota, sebut saja Jakarta seberapa. SMA tambah gedhe, tambah banyak pula yang kubutuhkan. Otomatis uang sakuku bertambah menjadi 3000. Alhamdulillah, cukup dan bisa nabung, walaupun saat itu sering bawa bekal ke sekolah. Tidak hanya uang jajan, kendaraanku pun juga ikut berevolusi. Selama TK-SD jalan kaki, baru SD kelas 5 sampai SMP naik sepedah, SMA naik motor. Pengennya kuliah naik mobil (angkotan paling). Hhehehe, bercanda.
Sekarang??
Karena perbedaan zaman didukung dengan perkembangan teknologi yang semakin
pesat. Anak SMP SMA udah banyak yang bawa motor, bahkan anak SD banyak yang
udah bawa HP, mainannya-pun playstation. Aku kenal HP baru SMP kelas 2 (kasian
deh gue). Mainan aku dulu juga mainan tradisional. Dobak sodor, mainan ini terdiri dari 10 orang 2 tim. 1 tim menjaga
lapangannya, bentuknya persegipanjang yang di dalamnya ada enam kotak. Setiap
garis harus dijaga satu anak, kecuali dua garis di samping. Tim satunya harus
melewati kotakan itu tanpa menyentuh tubuh penjaga. Jika menyentuh, permainan
berakhir dan pihak yang menjaga diganti tim satunya. Gambar lapangannya di
bawah ini.
Banyak
permainan yang sering aku mainkan bersama teman-teman. Tidak hanya dobak sodor, betengan adalah permainan
terdiri dari banyak anak. 1 tim sebagai polisi dan satunya sebagai pencuri. Tim
polisi harus menangkap anak dari tim pencuri. Simple namun kreatif, begitulah
ungkapan untuk permainan tradisioanal. Ada lagi ikan-ikanan, kasti, dakon, dll. Dakon
pernah jadi iklan Indonesia yang ditayangkan salah satu televisi swasta.
Ini sebagian ceritaku, apa ceritamu????
Bisa dishare…. ^_^
Posting Komentar
terima kasih....